Dakwah Sebagai Kekuatan Paradigma untuk
mencegah konflik di komunitas mu...: Ide wisata religi multicultural di Banda tersebut jika menggunakan paradigma Hurssel tampak dalam prilaku interaksi sosial tidak ada bu...
Sabtu, 08 Juni 2013
Dakwah Alternatif mencegah konflik di komunitas multikultural
Ide wisata religi multicultural di Banda tersebut jika menggunakan
paradigma Hurssel tampak dalam prilaku interaksi
sosial tidak ada budaya migrasi yang menonjol tetapi semua budaya hidup dan
terintegrasi dalam satu etalase kosmos budaya yang memiliki kekuatan untuk
merekatkan semua perbedaan budaya-budaya migrasi menjadi satu kekuatan budaya
yakni Banda. Budaya Banda dari
aspek nama menurut Didik Suharyo mengandung arti menyembunyikan budaya bawaan
dan menggunakan budaya Banda sebagai budaya persatuan untuk berinteraksi secara
damai. Hal itu tampak jika kapal PELNI masuk didepan pelabuhan sebagai pusat
pertemuan suku-suku baik yang datang dari migrasi lokal maupun migrasi
internasional tradisi “pane” adalah sastra lisan masyarakat banda yang
merekatkan perbedaan.
Apkah
ini bisa dijadikan sebagai wisata religi multicultural? hal
ini membutuhkan kajian mendalam bagaimana budaya
Banda bisa dijadikan destinasi wisata religi multicultural di Banda
sebagai sumbangan akademik dan sumbangan percontohan bagi masyarakat modern
sebagai satu wawasan baru dalam mencari wisata religi multicultural.
Gambaran
ini menunjukkan bahwa ada ekosistem nilai yang berfungsi sebagai regulasi untuk
menjaga ekossistem budaya Banda sebagai budaya persatuan yang disepakati oleh
penduduk setempat. Hal ini yang memperkayah khazanah budaya di banda dan
berpengaruh pada model peradaban wisata religi
multikultural di Banda. Realitas ini membutuhkan penalaran mendalam (nanaku dalam bahasa Ambon) secara sistematis untuk
mendapatkan format baru bagi pengembangan keilmuan dan kebutuhan akademik serta
spirit pencerahan bagi masyarakat moderen dewasa ini, yang penuh dengan pola
hidup materialisme dan hedonisme yang kurang sehat.[1]
Keadaan ini membutuhkan obat rohani melalui wisata religi multikultural untuk
memberikan refresh spiritual dan keseimbangan hidup pada kebutuhan dasar
manusia agar lebih tertata dengan baik dalam melakukan interaksi sosial.
[1]Alo Liliweri, M.S, Dasar-Dasar
Komunikasi Antar Budaya (Cet.IV; Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), h. 55
Langganan:
Postingan (Atom)